Kamis, 08 April 2010

Kaledo Makananku


Ada anekdot dari Jamrin Abubakar, seorang kawan jurnalis cum penyair, katanya, suatu waktu ada pemotongan lembu. Lalu orang Jawa, orang Makassar dan orang Donggala bergiliran mengambil dagingnya. Orang Jawa yang pertama mengambil semua daging lembu, mereka lalu membuat bakso. Lalu yang kedua adalah orang Makassar yang mengambil jeroannya dan kemudian membuat Coto Makassar. Tertinggalah tulang-tulang dan sedikit dagingnya, maka jadilah Kaledo.
Menurut Hajjah Rahma, yang sejak 1970-an berjualan Kaledo, tidak ada makanan seperti ini di daerah lain di Indonesia.
“Ini beda dengan sup daging atau coto Makassar atau Sop Konro. Ini memang pakai kaki lembu utuh,” kata Hajjah Rahma yang membuka warung Kaledo Abadi di Jalan Diponegoro, Palu Barat.
Kaledo terbuat dari tulang kaki lembu dan dagingnya, dicampur asam Jawa mentah, dengan bumbu cabe rawit, garam dan jeruk nipis. Setelah masak Kaledo seperti sup dengan kaki lembu dan sedikit daging. Jika kurang pedas, kita bisa menambahnya dengan sambal cabe rawit. Agar terasa wangi, bolehlah ditambahkan bawang goreng.
Dalam sehari Hajjah Rahmah menghabiskan 10 kaki lembu, 5 kilogram tulang leher dan 5 kilo daging. Harganya dijual Rp 25 ribu per porsinya.
Mau tahu cara memasaknya? Coba diperhatikan. Awalnya tentu saja daging dan tulang kaki lembu dibersihkan. Lalu jerang air hingga mendidih, setelah itu masukkan daging dan tulang sapi, masak hingga empuk. Lalu buang air rebusan daging dan kaki sapi tadi agar lemaknya tidak bercampur dan jerang lagi air sampai mendidih, lalu daging dan kaki lembu tadi dimasukkan ke jerangan air yang baru itu. Kemudian masukkan garam, cabe rawit hijau, penyedap rasa dan asam jawa. Setelah dagingnya tanak, sajikan panas-panas.
Kaledo bisa dinikmati bersama dengan nasi putih, singkong rebus atau jagung rebus. Tinggal pilih, sesuai selera.
Ada banyak warung Kaledo di sepanjang perjalanan dari Palu ke Donggala. Memang tidak semua warung menyediakan makanan ini, karena penjual Kaledo tidak mau mencampurnya dengan makanan lain.
Dari arah Palu kita bisa menemukan warung Kaledo Abadi di Jalan Diponegoro, lalu warung Kaledo Stereo di depan Pantai Taman Ria. Lalu warung Kaledo Megaria di poros Jalan Palu-Donggala di Tumbelaka. Mendekati Kota Donggala, kita akan menemukan warung Kaledo Lolioge, ini dia yang Kaledonya paling yummi. Setidaknya begitu pengakuan banyak penggemarnya.
“Kalau saya rasakan, Kaledo di Lolioge itulah yang paling enak. Rasanya nikmat dan tidak ada lemak yang menempel di dagingnya,” aku Junaidi Kariso, Manager Public Relation Prince John Dive Resort, di Tanjung Karang, Donggala.
Kapan-kapan jika ada waktu berkunjunglah ke Donggala, menikmati kaki lembu Donggala itu.***

1 komentar: